MENINGKATKAN GAIRAH BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil untuk saling berinteraksi.
MENINGKATKAN GAIRAH BELAJAR SISWA
MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
ABSTRAK
Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa serta situasi dan kondisi lingkungan yang ada. Cara pendekatan konvensional sudah dianggap tidak efektif serta menimbulkan kejenuhan di dalam kelas. Model pembelajaran tradisional yang bertumpu pada keaktifan guru melalui ceramah, pembelajaran seperti ini menjadikan suasana belajar di kelas membosankan dan kurang bermakna pada siswa, siswa kurang memahami materi pembelajaran, sehingga ketuntasan hasil belajar tidak dapat tercapai secara maksimal.
Guru dituntut untuk selalu dan terus berupaya memperbaiki pengelolahan pembelajaran. Alternatif tindakan yang dilakukan ialah menerapkan strategi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa agar tercipta pembelajaran yang menyenangkan, bermakna, serta membantu siswa memahami materi pelajaran yang disampaikan.
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif siswa belajar bekerja bersama anggota lainnya. Siswa memiliki dua tanggung jawab, mereka belajar untuk diri sendiri dan membantu sesame anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukan yang sama seorang diri.
Kata Kunci : Gairah Belajar Siswa, Pembelajaran Kooperatif,
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Pada dasarnya manusia mempunyai perbedaan, dengan perbedaan itu manusia saling asah, asih, asuh (saling mencerdaskan). Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan saling menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak hanya terpaku belajar pada guru, tetapi dengan sesama siswa juga.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat.
Pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan karena beberapa alasan antara lain kekhawatiran akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika ditempatkan dalam grup. Selain itu kesan negative sementara orang mengenai kegiatan kerjasama/belajar dalam kelompok. Banyak siswa juga kurang senang bekerjasama dengan orang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup. Sementara siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang pandai.
CIRI-CIRI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Tidak semua kerja kelompk bisa dianggap belajar kooperatif. Untuk menerapkan sistem belajar kooperatif, guru harus menerapkan prinsip dasar pokok sistem belajar kooperatif dalam kelas. Didalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang berkaitan. Lima unsure dasar model sistem pembelajaran kooperatif adalah :
a. Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan atau yang biasa disebut dengan saling ketergantungan positif yang dapat dicapai melalui : saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah.
b. Interaksi tatap muka
Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling bertatap muka sehingga mereka akan berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan teman sebaya juga karena biasanya siswa akan lebih luwes, lebih mudah belajarnya dengan teman sebaya.
c. Akuntabilitas individual
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian ini selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua kelompok mengetahui siapa kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan,maksudnya yang dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai kelompok tersebut harus didasarkan pada rata-rata, karena itu anggota kelompok harus memberikan kontribusi untuk kelompnya. Intinya yang dimaksud dengan akuntabilitas individual adalah penilaian kelompok yang didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota secara individual.
d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar siswa harus diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga siswa lainnya.
e. Pemrosesan kelompok.
Dalam hal ini pemrosesan berarti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
Guru menjadwalkan waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka selanjutnya bisa bekerjasama lebih efektif. Format evaluasi yang digunakan disesuaikan dengan tingkat kelas siswa.
TUJUAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
a. Meningkatkan hasil belajar akademik
Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan social, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep – konsep yang sulit.
Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan social, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas – tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep – konsep yang sulit.
b. Penerimaan terhadap keragaman
Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbada latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas – tugas bersama.
c. Pengembangan ketrampilan sosial
Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi untuk saling berinteraksi dengan teman yang lain.
KEUNTUNGAN PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Keuntungan pembelajaran kooperatif diantaranya adalah :
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen.
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.
f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
g. Berbagi ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan.
h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.
TEKNIK-TEKNIK PEMBELAJARAN KOOPERATIF
a. Metode STAD (Student Achievement Divisions)
Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan – kawan dari universitas John Hopkins. Metode ini digunakan para guru untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penilaian verbal maupun tertulis. Langkah – langkahnya :
- Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok atau tim, masing – masing terdiri atas 4 atau 5 anggota. Tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah).
- Tiap anggota tim/kelompok menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusiantar sesama anggota tim/ kelompok.
- Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu akan mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
- Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individual atau tim yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang – kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu criteria atau srandar tertentu.
b. Metode Jigsaw
Langkah – langkahnya :
- Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
- Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
- Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut (kelompok pakar / expert group).
- Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
- Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams“ para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.
c. Metode GI (Group Investigation)
Metode ini dirancang oleh Herbet Thelen dan diperbaiki oleh Sharn. Dalam metode ini siswa dilibatkan sejak perencanaan baik dalam menentukan topik maupun mempelajari melalui investigasi. Dalam metode ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam komunikasi dan proses memiliki kelompok.
Langkah – langkahnya :
- Seleksi topik
- Merencanakan kerjasama
- Implementasi
- Analisis dan sintesis
- Penyajian hasil akhir
- Evaluasi selanjutnya
d. Metode struktural
Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan, yang menekankan pada struktur – struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola – pola interaksi siswa.
Contoh teknik pembelajaran metode struktural yaitu :
a) Mencari Pasangan (Make a Match)
Dikembangkan oleh Larana Curran, dimana keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan. Langkah – langkahnya :
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian).
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.
4. Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok.
5. Para siswa mendiskusikan penyelesaian tugas secara bersama – sama.
6. Presentasi hasil kelompok atau kuis.
b) Bertukar Pasangan
Langkah – langkahnya :
1. Setiap siswa mendapatkan satu pasangan (guru bisa menunjukkan pasangannya atau siswa melakukan prosedur/ teknik mencari pasangan.
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan. Masing – masing pasangan yang baru ini kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan pada pasangan semula.
c) Berkirim Salam dan Soal
Langkah – langkahnya :
1. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan setiap kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok lain. Guru bisa mengawasi dan membantu memilih soal – soal yang cocok.
2. Kemudian masing – masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan menyampaikan salam dan soal dari kelompoknya.
3. Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain.
4. Setelah selesai jawaban masing – masing kelompok dicocokan dengan jawaban kelompok yang membuat soal.
d) Bercerita Berpasangan
Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Langkah – langkahnya :
1. Pengajar membagi bahan pelajaran menjadi dua bagian.
2. Pengajar memberikan pengenalan topic yang akan dibahas dalam pelajaran.
3. Siswa dipasangkan
4. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua.
5. Kemudian siswa disuruh membaca atau mendengarkan bagian mereka masing –masing
6. Sambil membaca / mendengarkan siswa mencatat beberapa kata atau frase kunci yang ada dalam bagian masing – masing.
7. Siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca/ didengarkan berdasarkan kata kunci.
8. Setelah selesai menulis, beberapa siswa bisa diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka.
9. Pengajar membagiakan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing – masing siswa.
10. Diskusi mengenai topik tersebut.
e) Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stay)
Langkah – langkahnya :
1. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berempat.
2. Siswa bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa.
3. Setelah selesai, dua orang dari masing – masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing – masing bertamu ke dua kelompok lain.
4. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
5. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
6. Kelompok mencocokan dan membahas hasil – hasil kerja mereka.
f) Keliling Kelompok
Langkah – langkahnya :
1. Salah satu siswa dalam masing – masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.
2. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
3. Demikian seterusnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.
g) Kancing Gemerincing
Langkah – langkahnya :
1. Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing – kancing atau benda kecil lainnya.
2. Sebelum kelompok memulai tugasnya setiap siswa dalam masing – masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing ( jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan.
3. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkan di tengah – tengah.
4. Jika kancing yang dimiliki seseorang habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
e. Think – Pair – Share
Langkah – langkah :
a) Thinking : guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik.
b) Pairing : guru meminta peserta didik berpasang – pasangan. Member kesempatan kepada pasangan – pasangan untuk berdiskusi.
c) Sharing : hasil diskusi intersubjektif di tiap – tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengkonstuksian pengetahuan secara integratif.
f. Numbered Heads Together
Langkah – langkahnya :
a) Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok kecil
b) Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap – tiap kelompok. Pada kesempatan ini tiap – tiap kelompok menyatukan kepalanya “ Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban.
c) Guru memanggil paserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap – tiap kelompok dan memberi kesempatan untuk menjawab.
d) Guru mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.
g. Bamboo Dancing
Langkah – langkahnya :
a) Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru.
b) Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar dan berpasangan.
c) Membagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas ( diskusi ).
d) Usai berdiskusi pasangan berubah dengan menggeser posisi mengikuti arah jarum jam sehingga tiap- tiap peserta didik mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya hingga kembali kepasangan awal.
e) Hasil diskusi tiap – tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas
f) Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, Tanya jawab sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas.
h. Point – Counter – Point
Langkah – langkahnya :
a) Guru memberi pelajaran yang terdapat isu – isu kontroversi.
b) Membagi peserta didik ke dalam kelompok – kelompok dan posisinya berhadap – hadapan.
c) Tiap – tiap kelompok diberi kesempatan untuk merumuskan argumentasi – argumentasi sesuai dengan perspektif yang dikembangkannya.
d) Setelah berdiskusi maka mereka mulai berdebat menyampaikan argumentasi sesuai pandangan yang dikembangkan kelompoknya. Kemudian minta tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok lain perihal isu yang sama.
e) Buat evaluasi sehingga peserta didik dapat mencari jawaban sebagai titik temu dari argumentasi – argumentasi yang telah mereka munculkan.
i. The Power of Two
Langkah – langkahnya :
a) Ajukan pertanyaan yang membutuhkan pemikiran yang kritis.
b) Minta peserta didik menjawab pertanyaan yang diterimanya secara perorangan.
c) Minta peserta didik mencari pasangan, dan masing – masing saling menjelaskan jawabannya kemudian menyusun jawaban baru yang disepakati bersama.
d) Membandingkan jawaban – jawaban tersebut dengan pasangan lain sehingga paserta didik dapat mengembangkan pengetahuan yang lebih integrative.
e) Buat rumusan – rumusan rangkuman sebagai jawaban – jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan. Rumusan tersebut merupakan konstruksi atas keseluruhan pengetahuan yang telah dikembangkan selama diskusi.
j. Listening Team
Langkah – langkahnya :
a) Diawali dengan pemaparan meteri pembelajaran oleh guru.
b) Guru membagi kelas menjadi kelompok – kelompok dan setiap kelompok memiliki peran masing – masing, misalnya:
Kelompok 1 : kelompok penanya
Kelompok 2 : kelompok penjawab dengan perspektif tertentu
Kelompok 3 : kelompok penjawab dengan perspektif yang berbeda dari kelompok 2
Kelompok 4 : kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan hasil diskusi.
c) Munculkan diskusi yang aktif karena adanya perbedaan pemikiran sehingga dikusi menjadi berkualitas.
d) Penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh peserta didik dalam diskusi.
SIMPULAN DAN SARAN
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsure dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperati dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses belajar tidak harus belajar dari guru menuju siswa. Siswa dapat saling mengajar sesame siswa lainnya. Pengajaran rekan sebaya (peer teaching) lebih efektif daripada pengajaran oleh guru.
Pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan – keunggulan dalam pembelajarannya, antara lain :
a. Dengan pembelajaran kooperatif maka setiap anggota dapat saling melengkapi dan membantu dalam menyelesaikan setiap materi yang diterima sehingga setiap siswa tidak akan merasa terbebani sendiri apabila tidak dapat mengerjakan suatu tugas tertentu.
b. Karena keberagaman anggota kelompok maka memiliki pemikiran yang berbeda – beda sehingga pemikirannya menjadi luas dan mampu melihat dari sudut pandang lain untuk melengkapi jawaban yang lain.
c. Pembelajaran kooperatif cocok untuk menyelesaikan masalah – masalah yang membutuhkan pemikiran bersama.
d. Dalam pembelajaran kooperatif para paserta didik dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan karena bekerja sama dengan teman – temannya.
e. Dalam pembelajaran kooperatif memupuk rasa pertemanan dan solidaritas sehingga diantara anggotanya akan terjadi hubungan yang positif.
Pembelajaran kooperatif selain memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan – kelemahan antara lain :
a. Dalam pembelajaran kooperatif apabila kelompoknya tidak dapat bekerjasama dengan baik dan kompak maka akan terjadi perselisihan karena adanya berbagai perbedaan yang dapat menyebabkan perselisihan.
b. Terkadang ada anggota yang lebih mendominasi kelompok dan ada yang hanya diam, sehingga pembagian tugas tidak merata.
c. Dalam pembelajarannya memerlukan waktu yang cukup lama sebab harus saling berdiskusi bersama teman – teman lain untuk menyatukan pendapat dan pandangan yang dianggap benar.
d. Karena sebagian pengetahuan didapat dari teman dan yang menerangkan teman maka terkadang agak sulit dimengerti, sebab pengetahuan terbatas.
REFERENSI
Hernawan, Asep H, dkk. (2006). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta: Universitas Terbuka
Kurt, Singer. 1991. Membina Hasrat Belajar di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lie, A. (2004) Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Melvin, L. Siberman. 2002. Aktif Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Siti Nurulhayati, S.Pd. 2002. Pembelajaran Kooperatif yang menggairahkan, Fasilitator Edisi 3 Tahun 2002
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.