PERAN ORANG TUA DALAM MEMACU MINAT BACA ANAK DI RUMAH
PERAN ORANG TUA DALAM MEMACU MINAT BACA ANAK DI RUMAH. Kemampuan membaca sangat diperlukan oleh setiap orang yang ingin maju, memperluas pengetahuan, pengalaman, mempertinggi daya pikir,
PERAN ORANG TUA DALAM MEMACU
MINAT BACA ANAK DI RUMAH.
Oleh : Nurhayati
Oleh : Nurhayati
Abstrak
Kemampuan membaca sangat diperlukan oleh setiap orang yang ingin maju, memperluas pengetahuan, pengalaman, mempertinggi daya pikir, mempertajam penalaran untuk mencapai kemajuan dan peningkatan diri. Karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan dan pengalaman yang baru. Perkembangan iptek telah menghantarkan umat manusia ke situasi perkembangan global yang pada akhirnya akan secara bertahap akan membawa ke suatu masyarakat informasi. Globalisasi yang ditandai dengan berbagai macam perubahan dengan laju kecepatan yang luar biasa. Karena itu kita harus secara dini mengantisipasi secara aktif, proaktif mempersiapkan anak melalui proses belajar terus menerus. Dunia pendidikan saat ini dihadapkan dengan suatu kondisi, kurangnya kemauan dan kemampuan peserta didik, mencari, mengolah, mengembangkan informasi. Salah satu sebab adalah kurangnya minat baca pada anak. Membaca sangat penting dalam proses belajar individu di tengah arus globalisasi maka minat baca perlu terus dikembangkan sejak dini. Peran aktif orang tua sangat diperlukan untuk menyediakan lingkungan yang menunjang anak dalam mengembangkan kemampuan membacanya dalam mempersiapkan anak menghadapi masyarakat informasi yang berkembang dengan cepat.
Kata Kunci : Peran orang tua, minat baca anak, di rumah
Masalah yang masih cukup kompleks sekaligus menyedihkan adalah fenomena minat baca yang rendah pada hampir seluruh masyarakat kita. Sudah menjadi fenomena umum di negeri ini bahwa budaya lisan atau budaya mendengar lebih kuat mengakar dalam tradisi masyarakat dibandingkan budaya membaca. Hal ini terlihat pada realita yang sering kita temui di masyarakat, semisal lebih suka mendengar cerita dari orang lain daripada membaca sendiri, lebih nyaman mengisi waktu luang saat menunggu ataupun tidak melakukan aktivitas yang berarti dengan ngerumpi daripada menjatuhkan pilihan pada membaca, lebih senang pada tayangan-tayangan yang di-dubbing daripada harus membaca teks terjemahan tertulis dalam suatu tayangan, lebih riang menonton versi layar lebar dari sebuah cerita atau mendengarkan pembacaan puisi ataupun cerpen daripada membaca teks tertulis atau bukunya sendiri, dan sederet realita yang lain. Mengutip apa yang dikatakan Gunawan Susilo, norma dan etika sosial masyarakat belum menempatkan tulisan sebagai bagian dari keberadaban. Menyedihkan bila mengingat budaya yang seperti ini secara perlahan-lahan pasti juga akan berimplikasi pada perkembangan budaya membaca generasi selanjutnya, yaitu anak-anak dan remaja. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang sangat menghargai buku dan aktivitas membaca, dapat dikatakan sangat beruntung mengingat arus budaya lisan yang sulit untuk ditebas sampai ke akarnya, namun hanya dapat diminimalisir. Sedangkan bagi yang tidak, mereka harus rela mengikuti pola tradisi orang-orang terdahulunya, padahal sebenarnya mereka belum tentu ingin dan tahu apa yang dimaksud. Anak cenderung menjadi duplikat orang yang mendidiknya sejak kecil. Ketika anak menginjak usia remaja, selain keluarga, pengaruh lingkungan pergaulan dan komunitas sehari-harinya akan sangat memberikan warna pada pemahamannya pada buku dan aktivitas membaca.
Buta huruf masih menjadi masalah yang serius di Indonesia. Hingga kini tingkat budaya baca kita secara nasional masih memprihatinkan. Realitas budaya baca di Indonesia yang masih kelabu ini, hendaknya menggugah dan memacu setiap lembaga pendidikan dan perpustakaan dengan segenap stake holder – termasuk media massa dan para pencinta bacaan – untuk secara sukarela berpartisipasi, bahkan proaktif memberikan sumbangsih mereka demi menumbuh kembangkan minat baca masyarakat. Termasuk di dalamnya peran orang tua di rumah yang bertanggungjawab penuh terhadap perkembangan putra-putrinya. Hal ini tentu membawa konsekuensi logis bahwa sebelum mengajak orang lain untuk maksud tadi, maka kita- terutama para orang tua- harus lebih dulu memiliki kegemaran membaca, agar ajakan yang luhur dan mulia ini bisa berpengaruh efektif terutama kepada anak-anak di rumah. Bukankah tak sedikit orang-orang yang sukses dan jadi orang besar berasal dari keluarga cinta baca? Setiap orang tua perlu mengapresiasi budaya baca dengan memberikan suri tauladan bagi keluarganya.
Diantara beragam kecerdasan yang dikenal dalam psikologi, seperti kecerdasan bahasa, logika, visual, auditoris, kinestetis, komunikasi verbal, spiritualitas, dan yang lain, kesemuanya dapat dirangkum, dimunculkan, ditumbuhkan,dikembangkan, sekaligus direkam oleh buku. (Budi Susilo, Gunawan : Buku dan Budaya Membaca : Indonesia yang tertunda ).
Selain media buku yang merupakan kanal bagi aktivitas membaca, aktivitas membaca sendiri ternyata memiliki banyak manfaat yang mungkin secara ilmiah belum banyak diketahui masyarakat kita sacara universal. Sebuah studi mengatakan bahwa aktivitas membaca dapat meningkatkan fungsi otak manusia. Yang melatar belakanginya adalah manusia terlahir dengan 100 - 200 milyar sel otak yang siap dikembangkan secara optimal, sehingga dapat menentukan intelegensi, kepribadian, dan kualitas hidup seseorang. Dan dikatakan juga, produksi sel neurogial ( = sel khusus yang terdapat pada unit dasar otak ) berkembang lebih tinggi karena aktivitas membaca disebabkan adanya akselerasi proses berpikir. ( Thompson, Berger, Berry dalam Clark, 1986 )
Rendahnya minat baca di negara kita pada dasarnya lebih disebabkan faktor internal dibanding faktor eksternal dari tiap individu warga masyarakat. Faktor eksternal (harga buku, mutu buku, lingkungan keluarga, dan sebagainya) jelas berpengaruh, tetapi pengaruh faktor internal lebih dominan. Jika setiap orang memiliki motivasi kuat, maka kebiasaan membaca (reading habit) akan meningkat, bahkan akhirnya bisa memiliki kecintaan membaca. Jadi, pertama-tama motivasi (dorongan, niat) membaca harus ditanamkan, karena merupakan stimulus serta need for achievement yang mampu membangkitkan kemauan membaca dari dalam diri kita masing-masing.
Orangtua selalu memerlukan waktu bersama anak-anak mereka di rumah, seberapa pun sibuknya mereka. Karenanya kita perlu memanfaatkan waktu berkumpul bersama anak-anak dengan sebaik-baiknya. Inilah saat bagi kita untuk memberikan bekal pada anak-anak untuk bisa memilih secara tepat dan bermanfaat mengenai apa saja yang bisa pelajari di luar rumah. Apa yang dapat dilakukan orang tua untuk menggugah minat baca anak di rumah ? Hal-hal apa saja yang dapat dilakukan orang tua untuk mengembangkan kemampuan membaca anak.
Kualitas pertemuan kita dengan anak-anak di rumah menjadi hal utama yang harus bisa kita ciptakan sebaik-baiknya, bila kita menginginkan anak-anak kita sukses di sekolah dan di masa mendatang. Salah satu alasannya karena jam belajar yang dijalani anak-anak di sekolah, tidak jauh lebih lama dengan waktu belajar yang mereka habisnya di rumah atau di luar sekolah.
Sebagai contoh, di Amerika Serikat waktu hari sekolah anak-anak tak lebih dari 180 hari dalam setahunnya dengan waktu belajar sekitar 9 jam per harinya. Di Indonesia, waktu belajar yang dijalani anak-anak di sekolah, bahkan jauh lebih sedikit. Setelah dipotong dengan waktu libur kwartal, hari besar nasional dan keagamaan, hari minggu, praktis jumlah hari sekolah sekitar 240 hari setiap tahun dengan waktu belajar berkisar antara 2 jam sampai 6 jam saja setiap harinya. Dengan asumsi anak-anak menghabiskan 6 jam jam di sekolah setiap hari, maka dalam 240 hari jumlah jam yang dihabiskan di sekolah mencapai 1440 jam atau setara dengan 60 hari. Dengan kata lain, dalam setahun sesungguhnya anak-anak kita hanya menghabiskan 60 hari saja untuk bersekolah. Selebihnya ia berada di luar sekolah. Karena itu, kualitas pertemuan antara orangtua dan anak di rumah, menjadi hal utama dan terpenting untuk bisa diciptakan agar anak bisa belajar dan memperoleh pengalaman berharga yang bisa menjadi bekal mereka meraih sukses kelak.
Kunci pertama (dan utama) agar pertemuan antara orangtua dan anak di rumah benar-benar berkualitas adalah komunikasi. Menciptakan suasana yang kondusif sekaligus produktif dalam berkomunikasi dengan anak-anak. Berupaya aktif bertanya juga mendengar tentang apa yang disampaikan anak. Dengan demikian komunikasi dengan anak akan benar-benar memiliki nilai manfaat yang sangat tinggi. Lewat komunikasi secara tidak langsung membantu anak membentuk pribadi yang mandiri dan penuh percaya diri.
Kunci kedua adalah mengupayakan agar semua proses belajar di rumah bersama anak bisa dilakukan sedini mungkin. Pada usia pra sekolah biarkan anak melihat dan mendengarkan orang tua membaca. Mengajak anak mengunjungi perpustakaan. Orang tua juga bisa menyediakan berbagai keperluan tulis menulis atau peralatan menggambar bagi anak-anak di rumah. Ini akan menunjang mereka untuk mencoba melakukan sesuatu yang secara tidak langsung merangsang mereka untuk kreatif. Mengajarkan anak-anak untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi pengembangan kemampuan mereka dan bukannya memberikan sesuatu sekadar untuk mereka kerjakan.
Kunci ketiga yang bisa mengantarkan anak Anda meraih sukses di sekolah adalah mengarahkan dan membantu mereka bagaimana menyelesaikan pekerjaan rumah dari sekolah. Untuk itu, kita perlu meyakinkan mereka bahwa pendidikan itu penting dan karenanya PR harus selalu dikerjakan. Selain itu, agar mereka bisa menyelesaikan PR itu dengan tenang, memberikan tempat khusus pada anak-anak untuk belajar, akan sangat membantu.
Lesley Mandell Morrow, profesor dan Pakar Pendidikan Belajar Membaca pada Usia Dini di Rutgers University, mengatakan orangtua hendaknya membiarkan anak belajar membaca dengan cara alamiah. Dari kegiatan sehari-hari, anak dapat belajar membaca. Kegiatan memasak, berjalan-jalan, makan bersama, berbelanja bisa menjadi kesempatan berharga untuk memacu anak belajar membaca secara bebas.
Menurut Morrow, kemampuan membaca harus dipelajari dan dipraktikkan dengan sukarela tak ubahnya kemampuan berbicara dan memahami. Tinggal bagaimana orangtua menjadikan kegiatan belajar membaca sebagai bagian dari ritual sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan bersama antara anak dan orang tua ini juga akan mendorong orang tua untuk kembali gemar membaca.
Berangkat dari konsep teori Morrow tersebut maka kita dapat memanfaatkan keseharian kita bersama anak untuk mengembangkan kemampuan membacanya. Beberapa kegiatan keseharian yang dapat dimanfaatkan untuk belajar dengan anak antara lain :
Memasak bersama
Anak-anak akan merasa senang sekali jika dilibatkan dalam kegiatan sehari-hari seperti memasak. Selain akan mengasah pengetahuan anak juga akan menimbulkan perasaan dihargai bagi anak. Saat memasak, mintalah anak untuk membaca resep. Selain itu, ajak anak untuk ikut menyiapkan makanan dengan cara membaca label yang tertera. Kita juga dapat meminta anak untuk menyebutkan bahan makanan, bumbu-bumbu yang diperlukan, peralatan yang dipakai untuk memasak. Pada kesempatan lain kita bisa meminta anak untuk menuliskannya pada buku belajarnya. Beri motivasi pada anak dengan memberikan penghargaan kecil, misalnya : diberi tanda bintang atau memajangkan karyanya di papan pajang di rumah.
Berjalan-jalan bersama
Acara jalan-jalan atau pergi ke tempat rekreasi tentu menjadi acara yang sangat menyenangkan bagi anak. Dengan suasana yang gembira manfaatkan kesempatn tersebut untuk belajar. Kita bisa mengajarnya membaca lewat nama-nama binatang, tanaman, dan benda yang ditemui di jalan. Mencatat nama benda-benda itu dan minta si kecil membacanya. Begitu pula saat malam tiba, Anda bisa mengajak si kecil menyaksikan benda-benda langit, menulis namanya dan meminta anak membacanya kembali sambil menunjuk benda-benda yang dibacanya.
Saat makan bersama
Makan bersama seharusnya menjadi acara wajib dalam keluarga. Makan bersama bisa menambah harmonis keluarga, rasa kebersamaan dan kekeluargaan.Acara makan bersama bisa pula menjadi ajang belajar membaca bagi si kecil. Mintalah si kecil untuk mengambilkan botol atau kemasan bertulisan. Dengan 'tantangan' itu anak akan mencoba membaca tulisan yang ada pada botol atau kemasan. Riset menunjukkan, semakin banyak waktu yang dilewatkan bersama keluarga di meja makan, semakin besar kemungkinan bagi si kecil untuk menguasai berbagai kosa kata. "Keluarga yang terbiasa berdiskusi di meja makan biasanya akan memberikan kesempatan berbicara pada anak-anaknya dan itu bermanfaat untuk melatih perbendaharaan kosa kata si kecil dan dengan sendirinya membantu mereka saat belajar membaca," kata Morrow.
Belanja bersama
Sebelum pergi berbelanja bersama si kecil, buatlah daftar barang belanjaan terlebih dulu. Lantas, dengan gaya pemburu, minta anak mencari barang yang dimaksud dengan membawa daftar belanjaan. Si kecil akan membiasakan untuk mencocokkan daftar belanjaan dengan barang yang ia temukan di rak. Membaca tanda-tanda yang ada di toko juga akan menjadi kegiatan yang mengasyikkan bagi si kecil.
Membaca koran.
Koran memberi peluang besar pada anak untuk belajar membaca. Rubrik yang memikat seperti komik dan perjalanan yang penuh warna akan menarik mata si kecil. Bagi anak yang sudah bisa membaca meski tertatih-tatih, kita dapat memberikan majalah atau tabloid khusus untuk anak-anak. Sehingga anak-anak merasa memiliki medianya sendiri. Media anak-anak biasanya penuh warna dan menarik untuk dibaca, sehingga anak lebih bersemangat untuk melatih kemampuan membacanya dan mengembangkan kegemaran membacanya. Diskusikan dengan si kecil apa saja yang Anda baca bersamanya. Biasakan si kecil untuk mengkliping bagian yang disukai. Orang tua bisa menyediakan “file” untuk mengkoleksi artikel yang disukai. Suatu saat di kemudian hari bisa jadi kliping tersebut akan membawa manfaat tersendiri bagi anak ketika dewasa. Kegiatan ini juga memotivasi anak untuk mendapatkan informasi-informasi yang dianggapnya penting, sehingga akan memperkaya anak dengan pengetahuan dan wawasan yang luas.
Bercerita bergantian
Orang tua sebagai satu-satunya pemberi pengaruh terbesar harus juga memanjakan anak-anak mereka dengan bahan bacaan pilihan, mendongeng untuk anak, serta mengajari anak membaca secara nyaring sejak dini. Membiasakan bercerita pada si kecil dengan cara membaca akan mendorong anak untuk membaca juga. Bisa juga dengan memberi kesempatan pada anak untuk menceritakan pengalaman menariknya hari ini atau minggu ini. Minta anak untuk membuat karangan kecil mengenai pengalamannya tersebut dan memintanya untuk membacakannya. Agar lebih termotivasi orang tua bisa memanfaatkan teman-teman si kecil untuk ikut serta. Sehingga anak akan berlomba-lomba untuk membuat yang terbaik. Penghargaan kecil akan sangat berarti bagi anak. Berikan pujian jika anak dapat melakukannya.
Menonton aktif
Televisi sepertinya sudah tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan kita dan anak-anak kita. Hampir sebagian besar waktu bermain anak-anak di depan TV. Bimbing anak untuk memanfaatkan setiap kesempatan untuk mendapatkan pengalaman dan wawasan. Jangan jadi penonton pasif bila ada di depan televisi. Saat menonton TV bersama anak, mintalah ia belajar membaca teks, tulisan atau apa pun yang muncul di layar. Bagi anak yang sudah agak besar bisa diminta untuk menuliskan kembali cerita/kisah dalam tayangan yang baru saja disaksikannya.
Orangtua suportif
Terkadang dari rasa ingin tahu anak yang besar, anak akan menanyakan hal-hal yang diluar dugaan kita. Anak yang kreatif dan suka mencari informasi, maka ia akan lebih sering bertanya. Jika tak tahu, tak ingat, atau tak memahami apa yang ditanyakan si kecil jangan ragu untuk mengakuinya, namun berjanjilah untuk mencari jawabannya. Bukalah buku, ensiklopedia, kamus, atau Internet bersama si kecil untuk mencari jawaban. Bacalah bersama. Tidak terlalu dini untuk memperkenalkan internet pada anak. Anak yang sudah bisa membaca lancar bisa kita ajak untuk surfing di internet. Karena di internet kita bisa mendapatkan semua informasi yang kita inginkan kapanpun.
Buku sebagai teman setia
Anak yang sudah bisa mambaca dan menulis, berikan buku harian mungil yang berwarna-warni untuk dibawa kemanapun ia pergi. Biasakan anak untuk mencatat hal-hal yang menarik atau menyentuh hatinya. Sebelum bepergian, misalnya ke dokter gigi, rumah makan atau sekedar jalan-jalan, mintalah anak untuk membawa buku kesukaannya. Dengan demikian buku dapat menjadi tempat pelarian pertama yang nyaman ketika anak dihinggapi rasa bosan dengan sekelilingnya. Buku bisa menjadi sahabat karib anak, khususnya pada saat-saat anak perlu menghibur diri karena tidak ada hal lain yang menarik di sekitarnya.
Buku sebagai salah satu hadiah yang dinantikan
Ketika si kecil merayakan Ulang Tahun berikan hadiah buku bacaan yang bermanfaat. Walaupun kadang anak tidak tertarik dengan buku yang kita berikan, orang tua tidak perlu uring-uringan atau langsung membombardirnya dengan nasehat-nasehat tentang pentingnya membaca buku. Dengan sedikit promosi tentang hal-hal yang menarik dari buku tersebut, anak bisa berubah pikiran dan menjadi tertarik. Nah, kuncinya orang tua sendiri juga harus tahu dan tertarik dengan buku apa yang diberikan kepada anaknya. Pastikan kita sudah tahu sekilas isi buku yang kita berikan pada anak.
Toko buku sebagai tempat favorit untuk dikunjungi
Pergi ke toko buku tidak berarti Anda harus membelanjakan uang di sana. Dengan sering mengunjungi toko buku anak menjadi terbiasa untuk melihat perkembangan buku-buku yang ada. Jangan selalu menuruti keinginan anak dalam hal membeli buku tapi ajarkan dia ketrampilan dalam memilih dan menilai buku yang baik, karena ini lebih penting. Pada saat-saat tertentu ijinkan dia memilih sendiri buku yang ingin Anda belikan dan tanyakan kenapa ia memilih buku tersebut. Jika alasannya baik, Anda perlu memberikan pujian persetujuan sehingga ia tahu bahwa ia sudah melakukan hal yang benar.
Membuat Perpustakaan Kecil di Rumah
Perpustakaan tidak harus lengkap dan memiliki koleksi buku yang banyak. Kita tidak perlu memaksakan untuk mengisi perpustakaan dengan koleksi yang lengkap. Mintalah anak untuk memanfaatkan koran bekas dan mengkliping hal-hal yang menarik sesuai dengan tema. Hasilnya bisa menjadi koleksi perpustakaan mini di rumah. Biasakan anak-anak untuk merawat buku-bukunya sehingga bisa dibaca di kemudian hari. Buku-buku pelajaran sekolah yang tidak terpakai jangan buru-buru untuk menjualnya kepada tukang loak. Simpanlah di perpustakaan mini di rumah. Suatu saat pasti ada manfaatnya.
Bermain untuk mengembangkan ketrampilan berbahasa
Kemampuan anak berbahasa mempengaruhi ketrampilan anak dalam membaca. Anak yang kurang trampil membaca menjadi malas membaca, ini adalah fakta. Nah, karena orientasi aktivitas anak-anak kecil lebih cenderung ke permainan, maka latihlah anak untuk trampil berbahasa dengan memberikan permainan-permainan yang menggunakan kata-kata, misalnya sebutkan kata benda yang berawalan dengan huruf 'b'; atau sebutkan lawannya kata 'jauh'; sebutkan 5 kata lain yang berhubungan dengan balon.... dan seterusnya. Dengan semakin menguasai bahasa, maka anak akan semakin percaya diri dan bersemangat untuk menaklukkan buku-buku.
Memanfaatkan Teknologi
Bagi keluarga yang memiliki perangkat komputer, kita dapat mencari CD interaktif yang banyak di jual toko-toko komputer untuk melatih kemampuan berbahasa anak. Dengan tayangan yang menarik tentu akan menambah semangat dan minat anak untuk mengembangkan kemampuannya. Tentu saja tidak lepas dari bimbingan orang tua. Karena tanpa bimbingan maka anak hanya akan menganggapnya sebagai hiburan dan permainan belaka. Asal sentuh dan asal klik saja. Sejak usia 3 tahun anak sudah bisa menguasai mouse, tidak ada salahnya untuk mengajarinya mengenal komputer.
KESIMPULAN
Esensi buku yang sangat penting dalam membuka wawasan, pengetahuan, serta cakrawala berpikir, dan pendamping proses pembelajaran seumur hidup, hendaknya dipahami sebagai suatu penghargaan yang tinggi dalam menempatkan buku dan budaya membaca sebagai suatu bagian peradaban dari kehidupan modern dewasa ini. Apalagi ditambah dengan mengingat manfaat membaca yang sangat baik dalam melatih sel-sel otak menuju pribadi yang selalu bersemangat untuk menjadi lebih baik dan membuahkan prestasi yang lebih tinggi. Membaca dapat pula memberikan manfaat dan nilai guna yang semata-mata bukan hanya demi meningkatkan indeks melek huruf, melainkan juga melengkapi aspek kerohanian masyarakat Indonesia. Aspek rohani inilah yang nantinya akan menjadi sumber energi bagi intelektualitas, sikap hidup, dan kepribadian manusia yang positif.
Gerakan Pembudayaan Membaca dan Menghargai Buku harus benar-benar direaliasaikan dalam kehidupan anak sehari-hari. Langkah awal bisa dimulai dengan merubah image buku yang kuno, tidak modern, dan statis menjadi icon baru yang menyatakan buku sebagai suatu yang gaul, modern, dan dinamis. Mengenalnya kepada anak betapa pentingnya sebuah buku dan manfaat yang dapat diperoleh dari membaca buku. Gerakan kecil dapat dimulai dari diri kita sendiri dan selanjutnya mengajak anak-anak kita sebagai orang yang terdekat untuk menjadi gemar membaca dan mencintai buku sebagai sumber ilmu pengetahuan. Secara luas membaca tidak harus diartikan dengan membaca buku-buku saja, surfing internet, menyaksikan tayangan televisi, juga menjadi bagian upaya untuk menambah wawasan yang ketrampilan dasarnya diawali dari membaca.
Peran orang tua di rumah untuk memanfaatkan setiap kesempatan bersama anak sehingga setiap pertemuan dengan anak di rumah lebih bermakna sehingga dapat menjadi bekal bagi anak untuk menapak masa depannya yang lebih menentukan. Siapapun menginginkan putra-putrinya memiliki masa depan yang cerah. Namun masa depan harus diperjuangkan sejak dini. Karena masa depan tidak akan datang dengan sendirinya. Peran serta orang tua dalam membimbing putra-putrinya sangat diperlukan. Terutama ketrampilan membaca, karena dengan membaca maka kita akan dapat melihat seluruh sisi dunia. Kemampuan membaca sangat diperlukan bagi setiap orang yang ingin menambah kualitas diri. Buku adalah Gudang Ilmu dan Membaca adalah kuncinya. Tugas orang tua adalah membekali anak dengan membaca sebagai kunci untuk membuku gudang ilmu. Melatih dan membimbing anak dengan penuh kesabaran dan ketlatenan, karena setiap anak berbeda dan memiliki karakter sendiri-sendiri. Dan akhirnya semoga tulisan kecil ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca dalam membimbing putra-putrinya di rumah, semoga sukses senantiasa menyertai langkah kita.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Qaimi, Dr., 2003, Peran Ganda Ibu dalam Mendidik Anak, Penerbit Cahaya, Bogor
Darmijadi Zuhdi dan Budiasih, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, PAS Yogyakarta.
Siskandar, MA, Dr, 2002, KBK dalam Fasilitator edisi 1.
Sumadi Suryabrata, BA, MA, Ed.S, Ph.D, Drs., 2004, Psikologi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Thabrani, 2002, Memacu Minat Baca Anak, dalam Fasilitator edisi 3.
Wied Harry, LR. Supriyapto Yahya, Djati S, 1999, Psikologi Anak, Majalah Intisari
www.e-smartschool.com
www.sabdaspace.org
www.dunia-ibu.org
www.dunia-anak.org
Yeti Mulyati, M.Pd. Dra, 2000, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
______ Berbuat Bersama, Berperan Bersama Setara, Acuan Penerapan PRA, 1990, Bandung : Studio Driya Media.